DIA YANG
MALANG
Aku berdiri
dibawah pohon besar yang rindang disamping curuk, aku menatap sang surya yang
mulai menyinari bumi, awan yang putih mehiyasi langit,angin yang berhembus
pelan-pelan yang begitu sejuk. Aku berjalan disekitar curuk dan aku duduk
disebuh batu besar sambil nunggu teman-teman ku datang. Tiba-tiba aku mendengar
suara seseorang yang sedang berbicara dan aku pun menoleh, seorang gadis yang
sedang berjalan bersama anak kecil kira-kira berumur 4 tahun yang digendongnya
dipinggang tanpa selendang disebelah kiri dan punggung gadis itu menggendong
sebuah wakul dengan selendang berwarna hitam dan dikepalanya memakai caping.
Anak kecil itu pakaiannya sangat kekecilan dan sudah terlihat kusam. Jarak
antara aku dan gadis itu semakin dekat, aku berfikir sepertinya aku mengenal
gadis itu wajahnya tak begitu asing dimata ku, setelah gadis itu melewati ku
dan aku mengingat satu nama rosa yah gadis itu seperti rosa teman SD ku dulu,
aku pun bangkit dari dududk ku dan aku berlari mengejar gadis itu “rosa” teriak
ku, dan gadis itu pun berhenti dan menoleh kearah ku, dengan nafas terngah-ngah
aku berkata “kamu rosa kan?”.
“iya aku rosa,
kamu aisah kan. Apa kabar ais, kita sudah lama sekali tidak ketemu” jawbnya
denag terkejut.
“alhamdulilah aku
baik-baik saja, dan kamu bagaimana kabarnya?, dan adek ini siapa?” Tanya ku
dengan heran.
“aku juga
baik-baik sja kok, ini anak ku is” jawabnya dengan malu.
“oh ya, kapan
kamu nikah ros?” Tanya ku dengan penuh heran.
“sudah lama kok
ais sudah empat tahun lebih” jawabnya
“kok kamu nggak
ngabarin aku ros?” tanya ku dengan desakan.
Rosa hanya diam
saja seperti ada yang disembunyikan dari ku.
“kok kamu dim sih
ros kita temen kan cerita dong ros sama aku mungkin aku bisa ngasih solusi atau
bantuan buat kamu” kata ku.
Rosa menurunkan
anaknya”iya ais kita memang teman tetapi aku saat itu malu ingin mengasih kabar
ketemen-temen terutama kamu” jawabnya.
“ kenapa harus
malu ros ini kan seseuatu yang mengembirakan” kata ku.
”iya tapi aku
bener-bener menyesal, kenapa dulu aku tidak percaya dengan kata-kata orang tua
ku, aku sudah dilarang untuk pacaran tapi aku nekat pacaran ini lah akibat dari
aku melawan kata-kata orang tau ku” kata rosa penuh dengan penyesalan.
” Sabar ya ros
jangan sesali apapun yang sudah terjadi ambil saja hikmahnya” kata ku.
” Iya makasih ya
ais” kata rosa
.”
Ngomong-ngomong kamu sama anak kamu mau kemana ya” Tanya ku.
”aku mau kekebun
is” jawab rosa.
” La suami kamu
mana kok gak ikut?” Tanya ku.
“suami ku kalo jam segini masih tidur dia
orangnya males banget tidak mau bekerja paling kerjaannya cumin nongkrong di
warung” jawabnya.
“ la terus siapa
yang membiyayai hidu kamu dan anak kamu ros?” tanya ku.
“ ya aku sendiri
ais orang tua ku sudah tidak mau membantu aku lagi garak-garak dulu suami ku
pernah marah-marah sama orang tua ku karena orang tua ku menyuruh suami ku
untuk mencari pekerjaan dan suami ku tidak mau”
jawab rosa.
” Oh begitu to.
Nasib mu begitu tidak mengenakan yang sabar ya menghadapi semuaa ini semoga
suami mu segera mendapat hidayah dari yang maha kuasa. La terus mertua mu
gimana ros?” kata ku.
“mertua ku
sebenarnya tidak setuju hubungan ku dengan suami ku dulu mertua ku menyuruh aku
untuk menggugurkan kandungan ku tetapi aku tidak mau karena takut dan mereka
terpaksa menerima ku menjadi mantunya.” Jawab rosa dengan linangan air mata.
“ ya allah, yang
sabar ya ros. Jahat banget ya mertua mu itu, jadi kamu disini banting
tulang sendiri?” kata ku.
”iya ais, beginilh nasib ku sudah tidak ada yang
pengertian dengan ku” jawabnya dengan penuh penyesalan.
“sudah lah ros
gak usah seperti itu, kalau boleh tahu kamu membiyayai hidup kamu dari mana?”
Tanya ku.
”ya aku
membiyayai hidup ku dan anak ku dari kebun warisan dari mbah ku” jawabnya.
”oh yang semangat
ya ros semoga keluarga kamu dan keluarga suami kamu cepat sadat ya” kata ku.
”iya ais, ya udah
dulu ya aku mau nglanjutin perjalanan ku ,dulu entar keburu siang” kata rosa.
” Iya ros
hati-hati ya” kata ku. Rosa langsung menggendong anaknya lagi dan tersenyum
pada ku lalu dia pergi melanjutkan perjalanannya.